Toko Vintage

image

Engkau pasti sedang menebak-nebak pekerjaan apa yang akan aku ambil enam tahun mendatang. Rupanya enam tahun menjadi singkat setelah rencana dan harapan menyesaki papan mimpi. Profesi yang mapan, karier yang diimpikan semua orang mampu ditulis mahir. Namun percayalah tidak semua hal mampu kita capai. Kalenderku penuh oleh rencana-rencana yang buram. Mimpi memiliki eksistensi tersendiri dan lebih teguh bila ditulis. Tapi bagiku semua profesi di dunia ini sama, hanya saja mungkin ketidakpastian seringkali membayang. Takut tak mampu mewujudkan.

“Aku tetap suka menulis”, kataku setiap engkau bertanya hal apa yang mampu membuat nyaman.
Menulis sama seperti datang ke toko vintage setiap akhir pekan. Membeli benda klasik untuk dibawa pulang. Menulis adalah membuka ingatan yang telah menjadi sejarah dalam hidup. Kau tahu, di toko vintage rindu bisa engkau beli. Tak murah memang tapi memilikimu lewat barang antik adalah kebahagiaan tersendiri.
Toko vintage adalah rumah untuk kenangan-kenangan, harapan yang terlewati dan juga mimpi yang belum terbeli. Kau tak harus membeli kenangan, cukup berkunjung saja. Ada banyak hal yang perlu diingat namun tak harus diperjuangkan. Disana setiap rindu bisa engkau obati tanpa perlu membayar mahal.

“Pengunjung toko itu tentulah orang yang tak bisa pergi dari masa lalu”, engkau menambahi. Seolah setiap orang disini tak mampu datang ke masa depan menjemput harapannya. Bukan. Bukan begitu. Bukankah setiap detik berlalu kita telah melangkah ke hal baru. Setiap detik yang ditunggu dengan was-was menghadirkan hal yang berbeda. Hanya saja terkadang waktu begitu saja bermetamorfosis menjadi hal klasik. Bermetamorfosis menjadi barang antik.

Kau sering bertanya kenapa aku begini sekarang. Entah. Hidup membawaku terdampar pada keberuntungan yang menyakitkan. Sakit sekali. Seperti menahan nyeri yang selalu kambuh dan tak kunjung sembuh. Namun aku tak selalu mendapat yang kusuka maka aku belajar mencintai hidupku apa adanya.
Jika engkau bertanya aku akan jadi apa suatu saat nanti. Aku sungguh tak pernah tahu jawabannya. Tak ada jaminan kehidupanku di masa depan. Aku hanya mengunjungi hal klasikku setiap saat. Bercengkerama dengan pena, dengan harapan yang belum sempat kubawa pulang, lalu membeli harapan-harapan baru.
.
.
.
Ketika semua sudah tertulis kenapa harus khawatir?
Semua akan baik-baik saja, percayalah.

10 pemikiran pada “Toko Vintage

  1. Saya juga termasuk orang yang nggak terlalu banyak percaya kepada impian. Pernah gagal soalnya dan menyakitkan. Dan nggak mau lagi ngalamin di masa depan. Satu2 nya yg saya lakukan hanya berusaha sebaik mungkin di kehidupan ini agar tidak menyesal.

    Disukai oleh 1 orang

      • Wah nggak tahu saya. Dulu butuh waktu menyendiri untuk merelakan. Sekarang cum Tapi a nikmati aja semuanya. Nggak lagi bermimpi.. Tapi klo memang ada keyakinan bahwa mimpi tersebut bisa dicapai ya tidak apa2 mencoba memperjuangkannya.

        Suka

  2. iya smua akan baik-baik sja, tentu saja Linda sayang.

    Mmm, kl cita2 Cinta, kl suami Cinta bolehin kelak Cinta bekerja…Cinta ingin bs bekerja sbg profesional, itu kl Tuhan mengijinkan…profesional dmn pkrjaannya sgt flexible, bnyak wktu drmh, atau malah full time krj di rmh, entah bntuk pkrjaan sprti apa itu, sudah ada gambaran tp blm pntas diceritakan krn tntu prlu prjuangan panjang mencapainya.

    dan kalaupun Cinta hra bkrja diluat rumah, mka Cinta ingin brgkat krja stlah suami brgkat, dan pulang mendahului wktu suami pulang. Cinta ingin menyambut suami di dpn pintu rumah saat beliau pulang, berada di sampingnya kpn pun ia butuhkan. Untuk apa karir prempuan melejit, kalau ia gagal menyenangkan suami? Bukankah itu adalah suatu bentuk kegagalan dr seorang istri? 😊

    Suka

Tinggalkan komentar