Saat Ulang Tahunmu Tiba

Bunga-bunga di kebunmu mulai bermekaran seminggu yang lalu. Sengaja kau petik bunga-bunga paling cantik. Dengan seluruh kemampuan dan keahlianmu engkau rangkai bunga itu menjadi buket paling menawan. Semenjak toko bunga ini buka. Setiap hari engkau berkutat dengan bunga. Memetik, merangkai lalu menyusunnya di dalam etalase toko agar terkesan sempurna dan setiap pengunjung tergoda untuk membeli.

Hari ini, bukan hari yang spesial untukmu. Melainkan hari paling spesial untuk seseorang yang engkau kagumi. Dia, dia yang dianugerahi Tuhan sebagai penerima seluruh rindu dan cintamu. Dia tempat segalanya berlabuh.  Dia yang kau sebut dermaga, sebab dari sanalah engkau akan memulai pelayaranmu dan menepikan segala jenis perasaanmu.
Namun hingga sekarang engkau masih penasaran apakah ia benar-benar Homo Sapiens yang memiliki otak 1350 cc. Karena jika iya, mengapa ia tak pernah mendengarkan isyarat yang kau kirim lewat udara setiap malam. Mengapa dia tak kunjung menyiasati bunga-bunga yang sengaja kau kirimkan tiap akhir pekan. Bukankah ia juga sejenis manusia yang sempurna. Apakah ia tuli, atau buta, atau lebih dari itu.
Namun engkau selalu berpersepsi bahwa cinta yang tak berbalas bukan sesuatu yang mengenaskan. Cinta tak berbalas juga mukjizat dari Tuhan. Bagimu mencintai adalah konsepsi yang akan berkembang seiring lajunya peradaban.

Hari ini, saat ulang tahunnya tiba. Kau kirimkan buket bungamu lewat pengantar bunga yang bekerja untukmu. Harapanmu ikut terkirim bersama bunga. Semoga ia tak membuang bungamu, semoga tak pernah. Bahkan sekalipun bunga-bunga itu layu, atau tak lagi mewangi. Semoga setiap wangi yang menguar di ruangannya menjadi pengingat tentang sosok rahasia, tentang hadirmu. Yang tak pernah ada. Yang tak pernah disana menemaninya.